Tulisan ini penuh dengan opini personal dan subjektifitas. Silakan berdiskusi.
Karena saya kecewa berat dengan Film ini.
Mungkin Actingnya Ario Bayu cukup baik. Mukanya sangat mirip walau perut buncitnya tidak dikecilkan terlebih dahulu. Sorot matanya sebagai Soekarno tajam, tapi layu; Terlalu sering menunduk dan menunjukkan inferioritas seorang bapak bangsa
Mungkin actingnya lukman sardi, maudy Koesnaidi, Sudjiwo Tedjo, pemeran bung kecil, sangat sangat baik. Top class actor & actress. Ferry salim jelek, kaku sekali dia menjadi orang jepang.
Mungkin kolosalitas film ini cukup baik. Penggambaran romusha, perlakuan pelacur di barak kamp tentara jepang, ledakan gudang minyak - yang sebenarnya tidak penting, pidato yang disambut teriakan ratusan orang, pemberontakan akibat 'salah arah kiblat', darah dan tembakan dimana-mana, penculikan rengasdengklok yang buruk, revolusi tak jadi jakarta anti klimaks.
Tetapi sebagai Soekarno-ist, yang membaca pemikirannya, mendengar pidato-pidatonya, menghabiskan biografi-biografi tentangnya; Saya kecewa berat dengan film ini.
Saya kecewa karena sutradara lebih menonjolkan sisi humanitas Soekarno dengan mengangkat romansa memadu Inggit Garnasih dengan Fatmawati. Cerita ini menyita seperempat bagian dari film. You need Rating, okay Fine! Tapi nggak gitu caranya memperlakukan bapak bangsa kita! Bangsa Amerika yang cenderung kasar bahkan tak pernah mem-film kan perselingkuhan Presiden Kennedy.
Dalam kasus ini, Soekarno memang 'menghianati' inggit dengan niat menikahi Fatmawati, tapi ada cara yang JAUH JAUH LEBIH BAIK dari apa yang di filmkan. Soekarno lebih terasa seperti bapak pedofil cabul yang tak tahu diri, yang akan diludahi oleh setiap wanita yang melewati makamnya.
Lebih jauh lagi, Indonesia punya rekam jejak buruk dengan feminisme. Ingat karir Aa Gym yang habis dipereteli media massa. Apa gerangan misi sang pembuat film?
Kedua, saya kecewa karena superioritas soekarno tidak dapat digambarkan dengan baik. Bagaimana debat pertamanya memesona kaum intelektual surabaya dan bandung, bagaimana ia membangun kantor arsitek sendiri dan menolak proyek pemerintah, bagaimana insiden penangkapan di podium karena bersikukuh meneriakkan indonesia merdeka, juga pledoi legendaris itu tidak digarap maksimal. Saya tidak mendapatkan soekarno yang ambisius, yang arogan, yang membara berapi meletupkan kemerdekaan. Saya lebih banyak melihat sisi lemah soekarno yang energinya tersedot, lagi lagi, oleh masalah personal. Soekarno lebih terkesan pasif, terkesan takluk didepan jepang sialan itu.
Halo bapak sutradara, Soekarno macam apa yang hendak engkau citrakan pada masyarakat indonesia? apa misi anda tuan?
Ketiga, ada hubungan apa film ini dengan Negara Jepang? Beberapa dialog sangat menyakiti nasionalisme saya. Contoh sesaat setelah adegan pengibaran bendera dan lagu indonesia raya pertama kali diperbolehkan oleh jepang, ada dialog seperti ini:
Jepang A: Mengapa anda begitu perhatian dengan hal seperti ini?
Jepang B: Kita telah mengambil banyak hal dari negara ini, sudah sepatutnya kita memberikan sesuatu yang pantas untuk mereka; Lagipula kita sudah terdesak (dalam perang)
MAN! Persepsi apa yang hendak dibentuk? Jepang murah hati? Jepang baik, jepang yang tahu balas budi?
Lalu ada dialog seperti ini dalam rapat petinggi jepang dan soekarno-hatta
Soekarno (kl tidak salah): Anda sudah berjanji untuk memberikan kemerdekaan indonesia
Pemimpin jepang: Iya, tapi kemerdekaan jepang pun sudah berada di tangan sekutu
Hatta: (menggebrak meja, bicara dalam bahasa jepang) Apakah ini janji seorang samurai?
pemimpin jepang (menghunus pedang, marah2 nggak jelas)
Pemimpin jepang 2 - Maeda kl tidak salah: Stop! Jangan tambah membuat malu bangsa kita! Kita sudah kalah, akui saja kekalahan itu dengan tegar!
Lalu adegan di rumah Laksamana Maeda, Soekarno-hatta dijemput dan diantar ke kumpulan orang siap mengawal proklamasi (panitia PPKI, dkk). Laksamana Maeda berkata: Biar saya tunjukkan janji seorang samurai. Persiapkan kemerdekaan, saya akan menjamin keamanan kalian.
Ada sentimen kuat bahwa jepang digambarkan sebagai bangsa yang baik hati, gentle, mengakui kekalahan dengan bijaksana. Ada yang aneh, mengapa menggambarkan penjajah sehalus itu? Takut dengan jepang? Dibiayai oleh mereka? Ayolah, Menggambarkan dialog seperti itu saya pikir sangat melukai hati rakyat Indonesia.
Apa misi anda, pak hanung?
Ditambah banyak momen yang anti klimaks, bahkan berlebihan. Sebut saja kala soekarno ingin melamar pacar belandanya - itu sinetron banget. Lalu tantangan soekarno untuk menebas lehernya kala kaum muda memaksa proklamasi secepatnya - malah dibuat humor. Momentum proklamasi terkesan biasa saja. Penulisan naskah dan penjahitan bendera ingin didramatisir tapi tak kena esensinya.
Di film Habibie, kita semua belajar tentang arti cinta dan kesetiaan yang sesungguhnya. Bagaimana orang terpintar di Indonesia, menjadi presiden, mengabdikan seluruh hidupnya untuk bangsa negara. Habibie jauh punya banyak kecacatan dalam bidang administrasi negara dan kebijakan, namun citra yang dibuat oleh filmnya menggambarkan kebaikan yang akan dikenang selama lamanya oleh rakyat Indonesia
Kemudian apa pelajaran yang hendak disampaikan oleh penulis naskah film Soekarno ini? Presiden cabul yang suka berpoligami dan tak tahu terima kasih? Singa podium yang lemah kala berhadapan di rapat dan negosiasi dengan jepang? Pengkhianat rakyat yang dimanfaatkan jepang karena mampu "memenangkan hati rakyat" ?
Mana konsep "Jembatan Emas" yang beliau tanamkan sejak dulu - bahwa kemerdekaan adalah jembatan menuju revolusi yang lebih besar. Menjebol, lalu membangun. Mana konsep marhaenisme yang dibawa sejak ia kuliah di bandung - toh hanya digambarkan soekarno muda bersarung bertanya nama pada petani. Titik. Mengapa konsep konsep besar seperti itu tidak didoktrinasi pada penonton. Mana diskusi kebangsaan yang kami tunggu, Dimana Soekarno yang kami kenal?? Dimana bung?!
Saya menulis ini ditengah kegeraman. Semoga tulisan ini bisa memicu teman-teman yang sudah menonton, setidaknya untuk tidak menelan bulat-bulat informasi, dan berkeinginan membaca buku biografinya sendiri. Saya menyarankan satu buku Soekarno: Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams - sebagai sebuah otoklarifikasi atas persepsi yang dibuat film tersebut
Mari berdiskusi.
Karena saya kecewa berat dengan Film ini.
Mungkin Actingnya Ario Bayu cukup baik. Mukanya sangat mirip walau perut buncitnya tidak dikecilkan terlebih dahulu. Sorot matanya sebagai Soekarno tajam, tapi layu; Terlalu sering menunduk dan menunjukkan inferioritas seorang bapak bangsa
Mungkin actingnya lukman sardi, maudy Koesnaidi, Sudjiwo Tedjo, pemeran bung kecil, sangat sangat baik. Top class actor & actress. Ferry salim jelek, kaku sekali dia menjadi orang jepang.
Mungkin kolosalitas film ini cukup baik. Penggambaran romusha, perlakuan pelacur di barak kamp tentara jepang, ledakan gudang minyak - yang sebenarnya tidak penting, pidato yang disambut teriakan ratusan orang, pemberontakan akibat 'salah arah kiblat', darah dan tembakan dimana-mana, penculikan rengasdengklok yang buruk, revolusi tak jadi jakarta anti klimaks.
Tetapi sebagai Soekarno-ist, yang membaca pemikirannya, mendengar pidato-pidatonya, menghabiskan biografi-biografi tentangnya; Saya kecewa berat dengan film ini.
Saya kecewa karena sutradara lebih menonjolkan sisi humanitas Soekarno dengan mengangkat romansa memadu Inggit Garnasih dengan Fatmawati. Cerita ini menyita seperempat bagian dari film. You need Rating, okay Fine! Tapi nggak gitu caranya memperlakukan bapak bangsa kita! Bangsa Amerika yang cenderung kasar bahkan tak pernah mem-film kan perselingkuhan Presiden Kennedy.
Dalam kasus ini, Soekarno memang 'menghianati' inggit dengan niat menikahi Fatmawati, tapi ada cara yang JAUH JAUH LEBIH BAIK dari apa yang di filmkan. Soekarno lebih terasa seperti bapak pedofil cabul yang tak tahu diri, yang akan diludahi oleh setiap wanita yang melewati makamnya.
Lebih jauh lagi, Indonesia punya rekam jejak buruk dengan feminisme. Ingat karir Aa Gym yang habis dipereteli media massa. Apa gerangan misi sang pembuat film?
Kedua, saya kecewa karena superioritas soekarno tidak dapat digambarkan dengan baik. Bagaimana debat pertamanya memesona kaum intelektual surabaya dan bandung, bagaimana ia membangun kantor arsitek sendiri dan menolak proyek pemerintah, bagaimana insiden penangkapan di podium karena bersikukuh meneriakkan indonesia merdeka, juga pledoi legendaris itu tidak digarap maksimal. Saya tidak mendapatkan soekarno yang ambisius, yang arogan, yang membara berapi meletupkan kemerdekaan. Saya lebih banyak melihat sisi lemah soekarno yang energinya tersedot, lagi lagi, oleh masalah personal. Soekarno lebih terkesan pasif, terkesan takluk didepan jepang sialan itu.
Halo bapak sutradara, Soekarno macam apa yang hendak engkau citrakan pada masyarakat indonesia? apa misi anda tuan?
Ketiga, ada hubungan apa film ini dengan Negara Jepang? Beberapa dialog sangat menyakiti nasionalisme saya. Contoh sesaat setelah adegan pengibaran bendera dan lagu indonesia raya pertama kali diperbolehkan oleh jepang, ada dialog seperti ini:
Jepang A: Mengapa anda begitu perhatian dengan hal seperti ini?
Jepang B: Kita telah mengambil banyak hal dari negara ini, sudah sepatutnya kita memberikan sesuatu yang pantas untuk mereka; Lagipula kita sudah terdesak (dalam perang)
MAN! Persepsi apa yang hendak dibentuk? Jepang murah hati? Jepang baik, jepang yang tahu balas budi?
Lalu ada dialog seperti ini dalam rapat petinggi jepang dan soekarno-hatta
Soekarno (kl tidak salah): Anda sudah berjanji untuk memberikan kemerdekaan indonesia
Pemimpin jepang: Iya, tapi kemerdekaan jepang pun sudah berada di tangan sekutu
Hatta: (menggebrak meja, bicara dalam bahasa jepang) Apakah ini janji seorang samurai?
pemimpin jepang (menghunus pedang, marah2 nggak jelas)
Pemimpin jepang 2 - Maeda kl tidak salah: Stop! Jangan tambah membuat malu bangsa kita! Kita sudah kalah, akui saja kekalahan itu dengan tegar!
Lalu adegan di rumah Laksamana Maeda, Soekarno-hatta dijemput dan diantar ke kumpulan orang siap mengawal proklamasi (panitia PPKI, dkk). Laksamana Maeda berkata: Biar saya tunjukkan janji seorang samurai. Persiapkan kemerdekaan, saya akan menjamin keamanan kalian.
Ada sentimen kuat bahwa jepang digambarkan sebagai bangsa yang baik hati, gentle, mengakui kekalahan dengan bijaksana. Ada yang aneh, mengapa menggambarkan penjajah sehalus itu? Takut dengan jepang? Dibiayai oleh mereka? Ayolah, Menggambarkan dialog seperti itu saya pikir sangat melukai hati rakyat Indonesia.
Apa misi anda, pak hanung?
Ditambah banyak momen yang anti klimaks, bahkan berlebihan. Sebut saja kala soekarno ingin melamar pacar belandanya - itu sinetron banget. Lalu tantangan soekarno untuk menebas lehernya kala kaum muda memaksa proklamasi secepatnya - malah dibuat humor. Momentum proklamasi terkesan biasa saja. Penulisan naskah dan penjahitan bendera ingin didramatisir tapi tak kena esensinya.
Di film Habibie, kita semua belajar tentang arti cinta dan kesetiaan yang sesungguhnya. Bagaimana orang terpintar di Indonesia, menjadi presiden, mengabdikan seluruh hidupnya untuk bangsa negara. Habibie jauh punya banyak kecacatan dalam bidang administrasi negara dan kebijakan, namun citra yang dibuat oleh filmnya menggambarkan kebaikan yang akan dikenang selama lamanya oleh rakyat Indonesia
Kemudian apa pelajaran yang hendak disampaikan oleh penulis naskah film Soekarno ini? Presiden cabul yang suka berpoligami dan tak tahu terima kasih? Singa podium yang lemah kala berhadapan di rapat dan negosiasi dengan jepang? Pengkhianat rakyat yang dimanfaatkan jepang karena mampu "memenangkan hati rakyat" ?
Mana konsep "Jembatan Emas" yang beliau tanamkan sejak dulu - bahwa kemerdekaan adalah jembatan menuju revolusi yang lebih besar. Menjebol, lalu membangun. Mana konsep marhaenisme yang dibawa sejak ia kuliah di bandung - toh hanya digambarkan soekarno muda bersarung bertanya nama pada petani. Titik. Mengapa konsep konsep besar seperti itu tidak didoktrinasi pada penonton. Mana diskusi kebangsaan yang kami tunggu, Dimana Soekarno yang kami kenal?? Dimana bung?!
Saya menulis ini ditengah kegeraman. Semoga tulisan ini bisa memicu teman-teman yang sudah menonton, setidaknya untuk tidak menelan bulat-bulat informasi, dan berkeinginan membaca buku biografinya sendiri. Saya menyarankan satu buku Soekarno: Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams - sebagai sebuah otoklarifikasi atas persepsi yang dibuat film tersebut
Mari berdiskusi.
Setuju dengan anda. Saya kecewa menonton filmnya.
ReplyDeleteLebih baik baca buku dan pemikirannya ya, hehe
Deleteironic...
ReplyDeletedefinitely
DeleteHahahaga mas anda masih harus belajar untuk objektif, belajar menjadi manusia global
ReplyDeletebetul mas, saya harus lebih banyak belajar. Mohon diajari ya :)
DeleteSoekarno yang digambarkan dengan manusiawi bukan yang setengah dewa seperti dalam buku atau referensi lainnya kok ya malah menambah hormat saya dengan Soekarno ya?
ReplyDeletePemimpin kita ternyata bisa mengakui kalau dia salah.. keren kan?
Sepakat. Humanitas tidak mengurangi ke-dewa-an bung karno. Saya menunggu sisi ideologis yang ternyata tidak diangkat dalam film :)
DeleteHmm soal dialog dgn jepang itu,memasng itu lah yg terjadi mau gmn?
ReplyDeleteLaksamana maeda adalah org jepang yg memang menaruh simpati pada indonesia,,
Sama seperti org belanda yg saya lupa namanya yg akhirnya memaksa kabinet belanda menerapkan politik balas budi
Lagi anda tau sjarah jgn hanya dr sisi indonesianya,tp hrs tau jg dr sisi luar dong
Org2 belanda mjajah indonesia,tp d belanda sendiri yg demo soal indonesia merdeka mencapai lebih dari 300 org
Nasionalis is ok,tp qta jg harus buka mata
Betul. Sejarahnya benar memang begitu. Hanya sebagai pekerja seni, alih alih membuat dialog yang 'merendahkan' bangsa, seharusnya hanung mampu membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia
DeleteIni bukan film dokumentari kan? Saya rasa syah syah saja kalau penulis tidak sama persis dengan yg beberapa sejarah tuliskan... dimana2.. walau ditulis based on true story atau inspired by true story pun kan bukan sama persis.. kalau anda baca literatur sejarah perang dunia ke dua.. memang kok kita tdk akan merdeka tanpa bantuan dr sekutu.. dan hanya memang krn jepang sdh sangat lemah.. sukarno juga bkn tanpa cacat.. anda lupa bagaimana negara kita melarattt inflasi melonjak tinggi setelah merdeka.. itu membuktikan sukarno pun tidak sehebat itu sebagai pemimpin sebagaimana yg di doktrin oleh para keturunan dan pengikutnya
ReplyDeleteSepakat. Dalam pengelolaan negara banyak hal yang dapat dikritik dari Soekarno. Namun seperti yang anda bilang - ini bukan film dokumenter. Maka sutradara diharapkan mampu menginspirasi dan mencerdaskan masyarakat. Kembali lagi, apa objektif dari film ini? Apa misi beliau? :)
Deletesaya rasa kekecewaan itu didasarkan atas tidak tercapainya keinginan sang penulis blog ini untuk melihat karakter ideal soekarno yang pernah dibacanya, atau tidak sesuai bayangannya dalam film garapan Hanung ini. Untuk adegan Jepang membantu kemerdekaan Indonesia, itu memang fakta, tidak terbantahkan bahwasannya Kemerdekaan Indonesia memang dibantu oleh segelintir orang Jepang yang merasa mereka harus balas budi. Hanya memang mungkin dialognya pasti berbeda dengan yang sebenarnya, tapi intinya saya rasa sama. Mengenai Kelemahan Soekarno terhadap wanita, saya rasa ini wajar saja, menguak sisi seorang pemimpin yang digambarkan pemberani, pejuang tapi sisi lain memiliki kelemahan, dan hal ini pun diungkap saya rasa tanpa bermaksud untuk mengurangi rasa hormat terhadap Soekarno, tetapi untuk memberi gambaran bahwasannya seorang Soekarno hanyalah manusia biasa.
ReplyDeleteTerima kasih telah mencoba memahami. Memang ekspektasi saya lebih pada penggalian ideologis beliau, eh malah disajikan sinetron kehidupan pribadi. Hehe, kekecewaan lahir dari ekspektasi bukan?
DeleteKalau referensi yang dipake cuma satu buku itu, paling tidak coba baca Ku Antar Kau Ke Gerbang karya Ramadhan K.H.. Buku itu dibuat berdasarkan penuturan Ibu Inggit sendiri. Gimana pertemuan Soekarno dengan Inggit pertama kali, gimana Soekarno minta untuk menikah dengan inggit ke Kang Uci, yang notabene pada saat itu adalah suami sah dari Ibu Inggit, gimana perjuangan Ibu Inggit dalam dukung Soekarno dalam perjuangan politiknya baik secara moral maupun finansial, dan sampai gimana Soekarno memilih untuk menceraikan Ibu Inggit demi menikah dengan Fatmawati, yang notabene adalah anak angkatnya.
ReplyDeleteMasalah bagaimana proses menuju kemerdekaan, di mana ada pertentangan antara golongan tua dan golongan muda, saya rasa bisa dibaca di http://aleut.wordpress.com/2011/08/16/yang-muda-yang-memaksa-golongan-muda-dalam-17-agustus-1945/
Sejarah itu berdasarkan fakta dan bukti, tanpa fakta dan bukti itu bukan sejarah namanya, tapi legenda. Baik atau buruknya sejarah, ya harus kita terima, karena itu fakta.
Terima kasih, referensi bukunya apik. Saya paham sisi humanis Soekarno mengenai inggit dan fahmawati. Bagaimana beliau berhubungan intim dengan inggit bahkan sebelum cerai di kamar kos bandung. Saya paham fakta, bukti, dan humanitas bung karno sebagai manusia biasa
DeleteNamun mari kembali pada dasar penciptaan Film ini: Apa objektifnya? Nasionalisme kah? Perubahan perilaku masyarakat kah? Saya membayangkan penggalian sisi ideologis dan perenungan beliau sejak remaja hingga merdeka, bagaimana konsep trisakti, berdikari, marhaenisme, dsb dibakar di layar bioskop.
Namun (sayangnya) tujuan sutradara tidak seimpresif yang saya bayangkan. Hanung fokus pada sinetronisasi cinta personal dan proses kemerdekaan dibandingkan ideologis. Salah? Tidak. Saya hanya kecewa atas ekspektasi saya sendiri :)
Thanks ya sudah komen. Salam kenal!
ini tulisan anak ABG ya?
ReplyDeletegak tau. udah gak ngerti lagi lah haha
DeleteWah saya jadi merasa muda dibilang ABG. Terima kasih ya :)
Deletehahaha.. lucu sekali saya membacanya.. menurut saya tidak ada yang salah dari isi film tersebut,, melihat dari sisi humanitas presiden pertama kita, tanpa mengurangi wibawa dia sebagai pemimpin,,
ReplyDeletesaya tidak pernah berfikir menganai phedofili tersebit, semua sudah jelas mengapa Soekarno meminta menikah lagi karena salah satu alasannya adalah ingin memiliki keturunan dari darah dagingnya sendiri..
Betul, hampir semua suku di dunia ingin anak dari darah dagingnya sendiri. Tidak terkecuali pak karno. Humanis sekali bukan?
DeleteTapi sebagai penulis naskah, saya mengerti bagaimana lakon dapat dicitrakan melalui dialog. Bila dicermati, saya pikir dialog yang hadir dapat dikemas lebih baik sehingga para wanita tidak terluka oleh sikap presiden pertama kita yang terhormat itu :)
hmmmm
ReplyDeletemenurut saya sih sebagai pecinta film , film ini biasa saja sebagai film yg ditunggu2.. bahkan cenderung mengecewakan
ReplyDeleteSepakat! Padahal nunggunya udah setahun lalu ya? hehe
DeleteMelihat dr komen yg ad jelas nyata generasi muda kita memang melupakan sejarah. Saya yakin orang2 yg komen mdukung film ini pasti tdk punya referensi lain ttg Soekarno selain dr film Soekarno. Jd wajar anda2 skalian berkomentar ini sisi humanis Soekarno, sah2 saja bung hanung menafsikrkan sejarah dan lain lain.
ReplyDeleteSaya mau tanya, kalau ada posting d FB, Twitter, Atw bhkn video d Youtube yg menceritakan hal yg salah tentang Anda apakah Anda akan tetap dengan tenangny bilang itu hanya tafsir yg memposting aj? Anakny Ahmad Dhani aj nantangin Farhat Abbas tinju krn menjelek2an bapakny lho.
Jadi apakah salah kawan kita yg bkn blog ini, sbagai seorang anak ideologis Soekarno marah karena Hanung menjelek2an Bapak Bangsanya?
Ah senangnya ada yang membela. Terima kasih bung, anda mengerti sekali perasaan saya :)
DeleteSaya memang anak idelologis beliau, dan saya bangga menjadi bagian daripadanya. Film ini jelas 'mengecewakan' saya karena pengemasannya yang tidak mengedepankan kepantasan.
Tapi saya lebih menyayangkan muatan ideologis yang tidak dikupas dalam flm tersebut. Andai saja konsep berdikari muncul, maka berapa rakyat indonesia yang sadar untuk membeli produk lokal? Atau misalnya marhaenisme ditelaah lebih jauh, berapa penonton yang terbius untuk mengabdi pada negaranya lebih besar.
Sayangnya ideologi tidak memancing rating ya. Sayangnya :)
Anyway sekali lagi terima kasih juragan sudah mampir!
saya belum nonton, jadi no komen..
ReplyDeleteeh, ini udah komen ya?
wkwkwkw.. :D
Wah telat om, filmnya sudah ditarik dari peredaran karena kena kasus hukum versus rahmawati. Hahaha tunggu DVD nya saja ya :)
Deleteterima kasih sudah mampir!