Skip to main content

Posts

Middle Management (Managers): Aset atau beban?

Seringkali middle management dianggap sebagai beban oleh banyak perusahaan dengan berbagai alasan. Gaji yang diberikan cukup besar, namun tidak mengerjakan pekerjaan teknis layaknya staff biasa - dimana bertambahnya man hour tidak melulu berbanding lurus dengan produktifitas. Pekerjaan koordinasi dan 'pembawa pesan' dari atasan kerap menjadi hal rutin saja. Sekadar bemper untuk menyampaikan keinginan bos, sekaligus pendengar keluh kesah tim atas ekspektasi perusahaan yang jauh diatas current capacity. Kuasa dan ruang main nya pun terbatas. Ia dianggap atasan bagi timnya, namun tidak cukup kuat untuk mempengaruhi kemana perusahaan bergerak. “I don’t think you want a management structure that’s just managers managing managers, managing managers, managing managers, managing the people who are doing the work.” Begitu kata Zuckerberg yang diamini oleh Elon Musk. Tidak heran pada masa-masa paceklik, middle management lah sasaran utama efisiensi. Saya beberapa kali berdiskusi, "A
Recent posts

Bagaimana Bisa - Tiga Pertanyaan untuk Kita dan Semesta

Bagaimana bisa aku bisa menulis rangkuman masa lalu , bila setiap detik yang berlalu menjadi ceritanya sendiri? Tulisanku berkejaran dengan memori yang terus terbentuk, terbentuk, terbentuk, lalu terbentur dengan kecepatan jariku merekam setiap kenangan dalam tulisan. Aku hanya ingat samar samar wajah letih seorang perempuan di taman anjing itu, berjalan menyusuri lorong panjang diantara kedai kopi dan pizza, lalu mendekat memanggilku dari belakang. Hmm, sosok yang familiar, namun terasa asing setelah mungkin dua-tiga tahun mengikuti sepak terjangnya di dunia maya. Apa yang aku bisa ingat? Perawakannya yang tinggi putih dengan kacamata besar, pakaiannya cukup manis melengkapi alis ulat bulu dan bibirnya yang tebal. Sisanya, ingatanku memudar seperti lipstiknya kala itu. Mungkin yang sedikit bisa aku ingat adalah caranya bicara dan mendengarkan. Tentang bagaimana ia percaya bahwa produk Apple lebih superior dibandingkan merek gawai lain, tentang kesulitan tidurnya dan apa akar masalahny

PLEDOI UNTUK FEAST/BASKARA: Lagu Peradaban Memang Lebih Keras!

Baskara tidak perlu minta maaf, apalagi klarifikasi. Lagu peradaban memang lebih keras dan lebih cadas dari musik metal dan rock manapun. * * * Saya seorang penikmat dan pemain musik sejak kecil. Masa SD saya diramaikan dengan lagu-lagu sheila on 7 dan dewa-19. Beranjak SMP dan SMA musik saya pun tumbuh lebih cadas, saya membentuk sebuah-dua buah band dan menyanyikan banyak genre yang dianggap keren dan menggelegar seperti metallica, avenged sevenfold, dan system of a down, baik di jamming session atau sampai ikut beberapa festival. Sampai saat ini saya masih mendengarkan lagu-lagu itu, masih hafal bahkan beberapa. Namun sebagai penikmat musik yang pengetahuannya toh biasa-biasa saja, saya memiliki opini sendiri tentang kasus feast dan baskara ini. Pada sebuah sesi interview 2 bulan lalu, baskara mewakili feast memberikan opininya tentang musik rock dan peradaban seperti ini: Nggak selamanya kemarahan itu harus disuarakan dengan distorsi gitar dan teriak-teriak. Buat kam

KRITIK TIDAK PERLU KARYA; KRITIK ADALAH KARYA!

Saya mau bahas soal kritik, dan opini saya tentang kata panas ini. Jadi, hari ini saya sedang mengikuti bagaimana Baskara, vokalis dari Feast/Hindia dikeroyok oleh netizen dari berbagai sisi. Pasalnya Baskara bicara dalam sebuah forum diskusi dan mengatakan bahwa "Lagu Peradaban lebih kerasa daripada musik metal manapun". Internet bergemuruh, warga +62 maha benar mulai memberikan komentarnya dari pembelaan hingga pencacian. Saya tentu senang berada dalam situasi riuh seperti itu. Katanya Tuhan menciptakan dua tangan dan satu mulut, maka tentu jangan diselesaikan dengan baik baik. Nggak ding, bercanda. Internet dan sosial media memang hiburan paling sederhana dan menyenangkan. Namun sialnya hiburan tersebut dirusak oleh seseorang bernama Kevin. Ia memberikan argumen yang menurut saya sungguh meresahkan iklim diskusi di ruang publik. Berikut screen capture nya: Terlihat seseorang sedang mengkritik baskara dengan opini "Lagu lu kaga ada kerasnya bor, cuma indi

Belajar Filsafat 101: Sebuah Pengantar

Filsafat di Indonesia dikenal sebagai barang haram. Lebih haram dari daging babi, sama ngerinya dengan komunis dan PKI. Entah mengapa sigma publik terhadap ilmu ini sungguh kuat, hingga orang tua takut anaknya belajar filsafat - takut lupa Tuhan katanya. Teman-teman yang mendengar juga memperingatkan bahaya laten filosofi sebagai gerbang masuk atheistme (Saya curiga ini merupakan propaganda militer pada jamannya agar masyarakat tetap pada state ketidaktahuannya) Tapi, apakah benar demikian? Apakah filsafat mengajarkan anti tuhan? Apakah mempelajari filsafat begitu mengerikannya hingga anda bisa gila dikemudian hari? Saya memanfaatkan momentum #30haribercerita ini salah satunya untuk membaca dan menulis kembali filsafat dari akarnya. Metode ini dipakai agar saya bisa lebih memahami materi ini dan bisa menjelaskannya ke publik dengan cara yang lebih sederhana. Mari kita mulai! WHAT THE HELL IS PHYLOSOPHY? Filsafat adalah seluruh pertanyaan rasional tentang apapun diluar d

TITIK BALIK

Hari ini adalah titik balik saya melihat Indonesia dan orang-orang yang mengelolanya. Yang saya rasa tadinya menghargai demokrasi, menyuburkan iklim diskusi dan debat terbuka demi kebijakan publik yang lebih baik, Yang akrab dengan kritik, merangkul kebebasan berorasi dan berpendapat, Yang tak anti dengan tutur kata dan dialektika. Hari ini Ravio Patra ditangkap.  Ravio @raviopatra adalah salah satu teman saya - mungkin tidak bisa dibilang teman betul. Kami berkenalan melalui teman dan sejawat yang concern terhadap berbagai isu dan kebijakan. Beberapa kali ngobrol banyak tentang dunia, tentang indonesia, dan hal-hal yang tak pernah ada habisnya. Kami jauh secara frekuensi, namun dekat secara intelektual. Belakangan Ravio yang pernah mengurangi aktivitas dunia maya nya karena sebuah peristiwa (baca:  https://tirto.id/bagaimana-ravio-dilaporkan-wempy-lewat-uu-ite-cyi8 ) beberapa bulan lalu mulai kembali aktif bergerak. Ia mulai populer dan viral di twitter melalui kritik k

DARURAT KEPEMIMPINAN KRISIS DI INDONESIA

DARURAT KEPEMIMPINAN KRISIS DI INDONESIA Oleh: Aditya Rian (ara), Chief Marketing Officer Pemimpin.ID “I feel leaderless” Ucapan tersebut diucapkan sambil berkaca-kaca oleh Ainun Najib, pendiri gerakan #KawalCovid19 – atau virus yang populer disebut corona - dalam sesi interview bersama @pemimpin.indonesia Hari Rabu lalu. Jelas terdengar nada gemas berbalut getir, jauh lebih getir daripada saat ia mempromotori kawalpemilu dan kawalAPBD beberapa tahun silam. Selama hampir satu jam beliau mengutarakan kegelisahannya tentang bahaya virus corona; tentang data dan tren yang menggambarkan berbagai kejadian fatal di korea selatan dan italia, tentang kapasitas rumah sakit Indonesia yang tak akan mampu melayani puncak epidemi, hingga begitu lambatnya pergerakan pemerintah merespons ancaman ini. “Saya sudah capek mengingatkan presiden, menteri dan jajarannya. Tidak ada ketegasan dalam merespons kasus ini”. Lalu saya menyadari, beliau tidak getir. Ia kecewa. Betul betul kecew