Skip to main content

Kontradiksi Kehidupan dalam beragama

Assalamu'alaikum Wr. Wb

                     "Bekerjalah seakan-akan kamu meninggal 100 tahun lagi, dan beribadahlah seakan-akan kamu mati esok hari". Teman-teman pasti pernah mendengar kalimat ini. Kalimat yang menggambarkan betapa kehidupan memiliki porsinya sendiri-sendiri, memiliki bagian yang harus diberikan secara khusus tanpa harus mengganggu kinerja satu dengan yang lain. Betapa sempurnanya seorang manusia, sebuah peradaban, ketika memiliki apa yang tercantum dalam kalimat tersebut.

                         Namun sadarkah kawan bahwa kalimat diatas merupakan sesuatu yang mustahil? coba teman-teman bayangkan bagaimana caranya bekerja keras jika membayangkan esok hari akan mati? Kalian sudah membuat sebuah life plan selama 60 tahun, 10 tahun, 5 tahun, 1 tahun, 1 bulan kedepan secara mendetail (bahkan telah memprediksikan calon istri dan kapan akan memiliki cucu!). Kalian juga telah membuat target dan indikator indikator keberhasilannya. Bagaimana itu bisa terlaksana kalau setiap hari kita termenung di kamar menunggu ajal yang katanya esok datang? bagaimana perusahaan anda bisa berjalan, bagaimana kegiatan belajar mengajar bisa terlaksana apabila dosen dan muridnya sibuk berdoa dan sujud sepanjang hari menunggu mati? Mustahil kawan. Kata-kata normatif ini pun bahkan tidak bisa untuk dilaksanakan dalam konteks apapun, di level manapun, bahkan Rasulullah sekalipun. 

                    Nah, ternyata Islam telah mengajarkan solusinya sejak lama. tahu dong bahwa tujuan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah? Esensi dari tujuan penciptaan ini adalah bagaimana setiap yang kita lakukan mengandung nilai ibadah terhadap Allah SWT. Bayangkan apabila makan nya kita adalah ibadah, belajarnya kita pun berpahala, hingga hal hal yang terkecil yang biasa kita lakukan menjadi sebuah ibadah bagi kita.

                      Caranya pun mudah. Mulai sekarang, bulatkan tekad dan niatkan semua hidup kita hanya untuk Allah SWT. Fokuskan apa yang menjadi tujuan hidup pun hanya untuk Allah. Lalu mulailah lakukan tiap pekerjaan dengan memasukkan unsur ibadah didalamnya. tidak mudah memang, tapi jelas efektif meningkatkan produktifitas kita. Tujuan utama kita jelas tercapai, dengan 'beribadah sepanjang waktu' seperti ini, kita pastinya bisa bekerja sekeras mungkin tanpa harus takut dipanggil kapanpun oleh Allah SWT. Fungsi lainnya adalah juga menjaga setiap tindakan kita berada pada jalan yang lurus sesuai dengan koridor agama dan hati nurani. Tujuan awal dan niat yang baik pastinya akan menahan diri kita untuk pergi ke tempat-tempat maksiat, atau bahkan berkata tidak baik terhadap teman.

                     Akhir kalam, kontradiksi kehidupan ini selesai dipecahkan. Entah masih dalam tataran normatif, atau bahkan terlalu utopis, hal ini patut dicoba oleh semua orang. Islam bukan hanya sebagai agama, tetapi juga menjadi the way of life bagi penganutnya. Lalu mengapa kita harus mencari cara hidup yang lain? Yuk, mari mengislamkan diri kita sekali lagi. Dengan meluruskan niat untuk beribadah dalam tiap hembus nafas kita, insya Allah kita akan merasakan indahnya hidup seratus tahun lagi tanpa takut menghadapi kematian esok hari.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Comments

Post a Comment

Comment adalah sebagian dari iman :D

Popular posts from this blog

Jombang dan Rangga Kawin! Sebuah pesan akan kekhawatiran.

Sabtu kemarin, sahabat saya sejak masuk kuliah menikah. Jombang Santani Khairen. Pria nyentrik dari padang ini akhirnya laku juga di pasar bebas, dibeli oleh wanita beruntung (atau bisa jadi sial) berdarah sunda. Keduanya sah secara agama sejak Sabtu, 8 Juli 2017 jam 8.30an lewat sedikit di Jonggol, Kabupaten Bogor. Kiri ke Kanan: Mertua, Jombang, Istrinya, Adiknya Jombang, Ibunya (ketutup) Tabiatnya nggak berubah. Di hari paling seriusnya selama dia hidup, dia masih aja cengar cengir non wibawa. Masih dengan sikap hormat dari pelaminan tatkala melihat saya hadir, masih tawa khasnya saat menutup pernikahan dengan doa. Entah dosa apa yang pernah dilakukan istrinya, J.S. Khairen - panggilan pena nya - adalah pengantin paling tidak serius yang pernah saya lihat. Lu gak bisa serius dikit apa, jom?! Doa itu woi! Penulis berbagai buku best seller terbitan gramedia dan mizan ini merupakan satu dari sedikit "teman tidur" saya di masa kuliah. We've been through a...

Film Soekarno: Mengecewakan

Tulisan ini penuh dengan opini personal dan subjektifitas. Silakan berdiskusi. Karena saya kecewa berat dengan Film ini. Mungkin Actingnya Ario Bayu cukup baik. Mukanya sangat mirip walau perut buncitnya tidak dikecilkan terlebih dahulu. Sorot matanya sebagai Soekarno tajam, tapi layu; Terlalu sering menunduk dan menunjukkan inferioritas seorang bapak bangsa Mungkin actingnya lukman sardi, maudy Koesnaidi, Sudjiwo Tedjo, pemeran bung kecil, sangat sangat baik. Top class actor & actress. Ferry salim jelek, kaku sekali dia menjadi orang jepang. Mungkin kolosalitas film ini cukup baik. Penggambaran romusha, perlakuan pelacur di barak kamp tentara jepang, ledakan gudang minyak - yang sebenarnya tidak penting, pidato yang disambut teriakan ratusan orang, pemberontakan akibat 'salah arah kiblat', darah dan tembakan dimana-mana, penculikan rengasdengklok yang buruk, revolusi tak jadi jakarta anti klimaks. Tetapi sebagai Soekarno-ist, yang membaca pemikirannya, mendenga...

Middle Management (Managers): Aset atau beban?

Seringkali middle management dianggap sebagai beban oleh banyak perusahaan dengan berbagai alasan. Gaji yang diberikan cukup besar, namun tidak mengerjakan pekerjaan teknis layaknya staff biasa - dimana bertambahnya man hour tidak melulu berbanding lurus dengan produktifitas. Pekerjaan koordinasi dan 'pembawa pesan' dari atasan kerap menjadi hal rutin saja. Sekadar bemper untuk menyampaikan keinginan bos, sekaligus pendengar keluh kesah tim atas ekspektasi perusahaan yang jauh diatas current capacity. Kuasa dan ruang main nya pun terbatas. Ia dianggap atasan bagi timnya, namun tidak cukup kuat untuk mempengaruhi kemana perusahaan bergerak. “I don’t think you want a management structure that’s just managers managing managers, managing managers, managing managers, managing the people who are doing the work.” Begitu kata Zuckerberg yang diamini oleh Elon Musk. Tidak heran pada masa-masa paceklik, middle management lah sasaran utama efisiensi. Saya beberapa kali berdiskusi, "A...