Skip to main content

Dibayar melayani, atau melayani dibayar?

"Pekerja dibayar untuk melayani, sedangkan pengusaha melayani pasti dibayar" -Kang Rendy  


Tiba-tiba saya terhenyak; Ucapan kang Rendy (dalam rangkaian seleksi UI Studentpreneurs tahap II, 24/9/11) jelas meluluh-lantakkan atap paradigma, membiarkan cahaya masuk dan menerangi ruang pikiran yang semula gelap tanpa pelita. Ada tensi besar dalam kata 'melayani'. Semakin jauh dipikirkan, semakin menemukan bahwa esensi bisnis adalah memang kegiatan untuk melayani orang lain. 

Kawan, Pola pikir dibayar-melayani dan melayani-dibayar ini patut dipelajari dan direnungkan. Seorang entrepreneur bukanlah manusia yang semata mencari uang untuk hidup. Berapa banyak dari kita yang terjebak pada pola pikir sempit tentang kaya dan miskin, tentang nilai bagus dan nilai jelek semata demi mencapai kebahagiaan (Secara pribadi saya mengutuk tayangan televisi selalu menampilkan kasta sosial sbg kaya dan miskin). Memang benar kekayaan adalah salah satu variabel, namun hidup bukan hanya soal kemakmuran kan? Terlalu banyak variabel yang diacuhkan jika kita tidak mau membuka mata hati dan pikiran.

Ketika orang lain terperangkap pada mainstream lama, Entrepreneur justru hidup UNTUK melayani, mempermudah kehidupan dan memberikan kesenangan/kebahagiaan pada orang lain. Melayani orang lain membuat mereka merasa 'hidup' dan bermakna. Mempermudah keseharian dan memberdayakan masyarakat sekitar adalah cita tak terhingga dan tak ternilai oleh apapun juga.

Jika para entrepreneur menggunakan sistimatika berpikir ini, akhirnya bisnis-bisnis yang tercipta akan mengacu pada kebutuhan masyarakat, bersifat mengakar dan memiliki dampak sosial positif bagi sekitarnya. Inovasi-inovasi pun akan terus terakselerasi karena sang pengusaha ingin berlomba melayani dan memberi kemudahan. Efeknya akan berlipat ganda bila entrepreneur satu dan lainnya saling mendukung, berkolaborasi untuk kebaikan dan keuntungan semua pihak. Bayangkan kawan, betapa pesat kemajuan indonesia bila situasinya seperti ini!

Tentu saja dalam konteks ini bisnis tetaplah bisnis, artinya setelah melayani ada timbal balik yg diberikan. Namun yang ingin saya garis bawahi adalah niat dasar yang menjadi fondasi tindakan. Value tersebut haruslah terbaik, yang paling mulia. karena Idealisme seorang pengusaha jauh lebih penting dari sekedar profit dan keuntungan belaka.

Cukup berdialektika. Mari lihat sekeliling kita, dan fokus pada apa yang bisa kita lakukan untuk melayani orang lain. Just Do It Now! Mulai dari hal yang kecil, dari diri sendiri, dan dari saat ini juga.

Welcome to the world of entrepreneurship, the world of serving others.

Senin, 26 September 2011 pukul 01.22

Ara (Aditya Rian Anggoro)
Project Officer UI Studentpreneurs 2011
@Aradityarian, @studentpreneurs
www.uistudentpreneurs.com

Comments

Post a Comment

Comment adalah sebagian dari iman :D

Popular posts from this blog

Jombang dan Rangga Kawin! Sebuah pesan akan kekhawatiran.

Sabtu kemarin, sahabat saya sejak masuk kuliah menikah. Jombang Santani Khairen. Pria nyentrik dari padang ini akhirnya laku juga di pasar bebas, dibeli oleh wanita beruntung (atau bisa jadi sial) berdarah sunda. Keduanya sah secara agama sejak Sabtu, 8 Juli 2017 jam 8.30an lewat sedikit di Jonggol, Kabupaten Bogor. Kiri ke Kanan: Mertua, Jombang, Istrinya, Adiknya Jombang, Ibunya (ketutup) Tabiatnya nggak berubah. Di hari paling seriusnya selama dia hidup, dia masih aja cengar cengir non wibawa. Masih dengan sikap hormat dari pelaminan tatkala melihat saya hadir, masih tawa khasnya saat menutup pernikahan dengan doa. Entah dosa apa yang pernah dilakukan istrinya, J.S. Khairen - panggilan pena nya - adalah pengantin paling tidak serius yang pernah saya lihat. Lu gak bisa serius dikit apa, jom?! Doa itu woi! Penulis berbagai buku best seller terbitan gramedia dan mizan ini merupakan satu dari sedikit "teman tidur" saya di masa kuliah. We've been through a...

Film Soekarno: Mengecewakan

Tulisan ini penuh dengan opini personal dan subjektifitas. Silakan berdiskusi. Karena saya kecewa berat dengan Film ini. Mungkin Actingnya Ario Bayu cukup baik. Mukanya sangat mirip walau perut buncitnya tidak dikecilkan terlebih dahulu. Sorot matanya sebagai Soekarno tajam, tapi layu; Terlalu sering menunduk dan menunjukkan inferioritas seorang bapak bangsa Mungkin actingnya lukman sardi, maudy Koesnaidi, Sudjiwo Tedjo, pemeran bung kecil, sangat sangat baik. Top class actor & actress. Ferry salim jelek, kaku sekali dia menjadi orang jepang. Mungkin kolosalitas film ini cukup baik. Penggambaran romusha, perlakuan pelacur di barak kamp tentara jepang, ledakan gudang minyak - yang sebenarnya tidak penting, pidato yang disambut teriakan ratusan orang, pemberontakan akibat 'salah arah kiblat', darah dan tembakan dimana-mana, penculikan rengasdengklok yang buruk, revolusi tak jadi jakarta anti klimaks. Tetapi sebagai Soekarno-ist, yang membaca pemikirannya, mendenga...

Trade off dan Oportunity cost dalam kehidupan

Hahahahahahaa what a nice function! Sering kali kita, para lelaki, menganggap bahwa wanita itu adalah suatu masalah. yap! Ada yang bilang mereka itu banyak maunya, minta beli ini, minta jemput, minta ditelpon, diisiin pulsa, diajak malming...dan masih terlalu banyak 'tuntutan' lainnya. Wanita itu lemah, harus 24 jam dijaga nonstop! Bahkan ada tipe wanita yang overposessif, sampai2 trima sms dari temen aja harus lapor max 1x24 jam! hmm..gw jadi mikir, dan cukup flashback sama pengalaman pribadi..Ternyata emang setiap cowo mempertimbangkan semua hal untuk menggebet cewe idamannya, nggak cuma faktor intern but also extern. Disinilah muncul hukum ekonomi, "Trade Off" dan "Opportunity Cost". Nggak ada yang lo bisa borong di dunia ini(Walaupun bokap lo muntah duit) Uang bukan segalanya, karena nggak semua permasalahan di dunia ini bisa lo selesaiin dengan duit. seperti yang satu ini: MISAL: Ini surti dan ngatiyem Kita ngomongin 2 cewek diatas, Surti...