Skip to main content

#1: Menciptakan Masa Depan #1day1article

(tulisan ini merupakan wujud komitmen gw untuk menulis satu tulisan setiap hari. Gerakan pribadi #1day1article untuk membiasakan keterampilan menulis, sarana berbagi idealisme dan inspirasi, demi civil society yang lebih baik)
Menciptakan Masa Depan
Sabtu-minggu, 17-18 Desember 2011. Suasana #SARASEHAN Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) UI di ciputat memang sangat menyenangkan; SEMUANYA, sungguh menyenangkan. Thanks to Abah Rahardjo, kami bisa menikmati rumah sebesar dua kali lapangan bola, plus graha bergaya bali-betawi, jawa, gebyok, pameran lukisan-mebel-parfum-mobil-motor-patung. free of charge, bahkan ditraktir makan dua kali. Anehnya, beliau malah bilang makasih, katanya dikasih kesempatan untuk sedekah.
“We’re quit from our life, lost in passion”
Kami keluar dari keseharian, dari rutinitas yang menjemukan. Berjumpa dengan Abah sang sesepuh filosofis, Pengusaha sukses macam Bang Ridha Sabana (Ketua 1 HIPMI), bang ady, Bang Parlin (korwil Indonesia tengah), serta bang Khalid yang mau jauh-jauh datang ke ciputat dan hanya bertemu kami para anak ingusan.
Lebih jauh lagi, kami menemukan keluarga baru yang curiously passionate terhadap bidang yang sama. Entah baru berapa menit kami bertatap muka, rasanya perasaan ini lebih kuat dari persaudaraan teman bertahun tahun. Kekuatan mimpi yang menyatukan kita; sebuah visi bersama untuk tidak membebani negara dengan menjadi pekerja lagi.
***
“Silahkan dibuka kembali matanya. Mungkin ini merupakan legitimasi yang kuat; Sangat kuat untuk bisa memimpin kita semua, membawa organisasi ini bermanfaat bagi semua”
semuanya bersorak, tangan pun berjabat
Innalillahi wa Inna Ilaihi raji’un
Ya, amanah pun telah digulirkan, kembali. Seperti apa yang pernah terbaca, amanah adalah kekal. Hukum kekekalan amanah mengatakan “Amanah tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Amanah hanya berpindah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya”
Apa yang terjadi adalah sebuah perguliran tanggung jawab. Setelah selesai dengan UI Studentpreneurs, nampaknya pekerjaan yang jauh lebih besar sudah menanti. Ia bernama HIPMI UI. Organisasi prestisius, terdiri dari puluhan Studentpreneurs-sebutan untuk anggota HIPMI UI- yang siap mengabdi.
Dibalik namanya yang besar, ‘rumah’ ini nyatanya masih kosong; Ini tugas kami untuk mengisinya. Entah berapa banyak sujud yang harus kuhantarkan karena IA mengantarkan orang-orang ini. Mereka ,entah malaikat entah manusia, yang berkomitmen penuh terhadap apa yang mereka cintai. Mau berkontribusi penuh, melepaskan jabatan-jabatan penting yang ditawarkan diluar sana. Bersedia menjadi inisiator, konseptor, hingga kerja kotor. BERANI dan PERCAYA pada mimpi, walau keberhasilan tak pernah diasuransikan.
“Betapa beruntungnya aku, betapa beruntungnya organisasi ini”
Kepercayaan sudah teremban. visi sudah ditulis, terukur dan jelas tujuannya. Apalah arti retorika, kini jargon kami -kata dahlan iskan- tinggal “kerja, kerja, kerja!”. Mungkin masa depan tak bisa dipastikan, tapi satu cara untuk memastikannya adalah dengan menciptakannya.

Selasa, 20/12/11. 11.00AM
Ditulis dengan penuh syukur dan harapan
Ara

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Bisa - Tiga Pertanyaan untuk Kita dan Semesta

Bagaimana bisa aku bisa menulis rangkuman masa lalu , bila setiap detik yang berlalu menjadi ceritanya sendiri? Tulisanku berkejaran dengan memori yang terus terbentuk, terbentuk, terbentuk, lalu terbentur dengan kecepatan jariku merekam setiap kenangan dalam tulisan. Aku hanya ingat samar samar wajah letih seorang perempuan di taman anjing itu, berjalan menyusuri lorong panjang diantara kedai kopi dan pizza, lalu mendekat memanggilku dari belakang. Hmm, sosok yang familiar, namun terasa asing setelah mungkin dua-tiga tahun mengikuti sepak terjangnya di dunia maya. Apa yang aku bisa ingat? Perawakannya yang tinggi putih dengan kacamata besar, pakaiannya cukup manis melengkapi alis ulat bulu dan bibirnya yang tebal. Sisanya, ingatanku memudar seperti lipstiknya kala itu. Mungkin yang sedikit bisa aku ingat adalah caranya bicara dan mendengarkan. Tentang bagaimana ia percaya bahwa produk Apple lebih superior dibandingkan merek gawai lain, tentang kesulitan tidurnya dan apa akar masalahny

Trade off dan Oportunity cost dalam kehidupan

Hahahahahahaa what a nice function! Sering kali kita, para lelaki, menganggap bahwa wanita itu adalah suatu masalah. yap! Ada yang bilang mereka itu banyak maunya, minta beli ini, minta jemput, minta ditelpon, diisiin pulsa, diajak malming...dan masih terlalu banyak 'tuntutan' lainnya. Wanita itu lemah, harus 24 jam dijaga nonstop! Bahkan ada tipe wanita yang overposessif, sampai2 trima sms dari temen aja harus lapor max 1x24 jam! hmm..gw jadi mikir, dan cukup flashback sama pengalaman pribadi..Ternyata emang setiap cowo mempertimbangkan semua hal untuk menggebet cewe idamannya, nggak cuma faktor intern but also extern. Disinilah muncul hukum ekonomi, "Trade Off" dan "Opportunity Cost". Nggak ada yang lo bisa borong di dunia ini(Walaupun bokap lo muntah duit) Uang bukan segalanya, karena nggak semua permasalahan di dunia ini bisa lo selesaiin dengan duit. seperti yang satu ini: MISAL: Ini surti dan ngatiyem Kita ngomongin 2 cewek diatas, Surti

Get Out of the Model!

Pernah ke hypermart ITC Depok? Kalau belum, cobalah. Naik ke lantai 2, lalu naik eskalator dalam hypermart. Anda akan menemukan keadaan seperti ini di eskalatornya. Sekilas nampak berantakan. Tapi coba lihat lebih dekat What? Chiki? Iya. Cemilan dalam kemasan (entah namanya apa). Ratusan hingga ribuan snack ditumpahkan ditengah, kiri dan kanan eskalator yang sedang berjalan. Terlihat mereka yang menggunakan eskalator excited dan mulai menyentuh berbagai merek sepanjang perjalanan. Sebagian terlihat mengambil dan langsung memakannya.  Menurut saya ini cerdas. Sangat cerdas. Low-cost innovation untuk meningkatkan customer experience yang tepat guna. Hypermart berhasil mempertemukan konsumen primer snack ringan - anak kecil dan remaja - dengan eskalator yang dikategorikan sebagai ruang publik yang menyenangkan (playful) bagi konsumen tersebut. Apakah inovasi harus mahal? Apakah promosi untuk meningkatkan experience harus bermodal ratusan juta-milyaran rupi