Skip to main content

Front Pembela Islam (copy from @pandji blog)

Tulisan ini dicopy dari blog pandji pragiwaksono persis. Kenapa harus tulisan ini? karena perspektifnya baru - dan mencerahkan. Membenci, tapi tidak membawa kemarahan. Semoga jadi inspirasi bagi anak muda dalam berpikir sekaligus menyebarkan pikirannya. Enjoy.

Pandji Pragiwaksono - FPI

Saya akui, penilaian saya terhadap FPI sedikit berubah.

Obrolan saya di Provocative Proactive Radio dgn Mamot (bukan nama aslinya) seorang mantan anggota FPI, Pak Tamrin Tomagola seorang sosiolog dan Ketua FPI DPD Jakarta Habib Selon sangat menambah wawasan saya akan FPI

Awalnya, alasan mengangkat FPI ke PP radio adalah karena isu penolakan FPI di Kalimantan. Penolakan yg memicu penolakan-penolakan lain di sejumlah kota di Indonesia

Wacana pembubaran FPI muncul, banyak dukungan dalam bentuk tagar (tanda pagar) #IndonesiaTanpaFPI muncul di twitter. Ratusan orang aksi damai di jalananan menunjukkan penolakannya

Kalau anda bertanya kepada saya, saya pribadi akan jawab tidak setuju terhadap pembubaran FPI.

Mengapa?

3 alasan:
1) Karena pembubaran FPI hanya akan membuat mereka muncul kembali dgn nama yg baru
2) Karena negara membebaskan siapapun untuk berkumpul dan berserikat. Menghalangi itu, hanya akan berdampak buruk kpd diri kita sendiri
3) Kalau FPI melakukan kegiatan2 yg melanggar hukum, ya pelakunya yg ditindak. Sama aja seperti misalnya POLRI ada yg melanggar hukum, ya pelakunya yg ditindak. Bukan POLRInya yg dibubarkan

Dengan semangat “Mencoba memahami sebelum membenci” maka saya mengundang sejumlah orang utk dialog

Munarman, jubir dan pengacara utk FPI yg sudah confirm akan datang tiba tiba membatalkan sepihak
Tapi gantinya adalah Habib Selon tadi, ketua DPD FPI Jakarta

Kepada beliau, saya bertanya persis seperti ini “Habib, selain mukul2 pake bambu kegiatan rutin FPI itu ngapain aja?”

Habib menjawab “Ah tidak pernah itu mukul2 pake bambu. Kami di FPI rutin pengajian, membantu masyarakat, dll”

Habib lalu cerita tentang peran FPI jadi tameng bagi masyarakat thd hal hal yg menyimpang dari ajaran agama.

Menurut Habib, dibalik setiap “penyerangan” selalu ada pelaporan kpd kepolisian berkaitan dgn tempat2 “melenceng” tersebut. Kepada RT setempat. Dan FPI memberikan peringatan 3 kali kpd tempat tersebut

Apabila Polisi tidak maju dan tidak ada perubahan, maka FPI akan ambil tindakan.
Kata Habib, setiap terjadi kekerasan adalah karena tempat yg didatangi biasanya melawan balik dgn preman preman bayaran tempat tersebut.

Murni “self defense” menurut pengakuan Habib.

Saya lalu bertanya “Kenapa Alexis nggak pernah diserbu, Bib?”

Kata Habib Selon “Alexis itu Hotel. Kami tidak pernah menggerebek hotel karena di hotel Alexis ada keluarga yg menginap bersama anak anak..”

…..

Saya langsung bertanya balik “Habib. Mana ada keluarga nginep di Alexis? Kecuali ada yg berkeluarga dgn orang Uzbek”

FPI sendiri dilahirkan oleh para Jendral. Ini bukan isapan jempol. Surat kesepakatan antar Jendral tersebut dipegang almarhum Munir. Selain ada Nugraha Djayoesman selaku Kapolda saat itu dan di dalamnya ada tanda tangan Wiranto.

Itu loooh, Wiranto “Takkan Khianat Hidup Mati Bersama Rakyat”
Hehehe

Para Jendral mendirikan itu karena mereka butuh sesuatu utk menekan lapisan masyarakat yg “melawan”

Karena aparat vs rakyat = kejahatan HAM
Sementara ormas vs rakyat = kerusuhan biasa

Indonesia sudah diawasi dunia urusan kejahatan HAM.
Maka diciptakanlah FPI

Ketika saya tanya ini kepada Habib Selon, beliau menjawab “Jendral jendral itu adalah pendukung Islam. Boleh boleh saja mereka mendukung Islam. Semua orang Islam pasti mendukung FPI”

Saya memotong dan berkata “Tidak semua lho Bib. Saya aja tidak mendukung FPI..”
Dia menyahut “Mereka yang ga stuju FPI, bukan org Islam!”

I got that on air. On tape.

Kepala DPD FPI Jakarta berkata “Tidak mendukung FPI berarti bukan orang Islam”
Habib baru saja mencoreng wajah FPI dgn ucapannya sendiri

Apalagi, tidak lama setelah itu Habib Selon berkata “Lihat tuh Gus Dur si Buta Dari Goa Hantu. Pengen bubarin FPI malah dirinya sendiri yang bubar!”

Saya kaget.
Terhenyak.

Orang yang menurut Mamot (mantan anggota FPI yang juga saya wawancara) setiap rabu kalau pengajian selalu lucu dan jenaka, baru saja menghina mantan Presiden Republik Indonesia
Yang tidak bisa melihat dgn matanya, tapi hatinya melihat lebih dalam daripada sekedar kulit di permukaan

Bagaimana bisa, orang orang seperti ini kita biarkan?
Pertanyaan lebih besar lagi, siapa yang membiarkan mereka mereka ini?

Para Jendral yang pada awalnya mendirikan mereka, kini sudah tidak bisa menguasai FPI lagi
FPI seperti anak macan piaraan Jendral yang kini sudah jadi besar dan tidak bisa diatur lagi

Dipuncak, adalah Habib Rizieq yang mengatur ini dan itu.
Markas FPI adalah rumahnya Habib yang besarnya keterlaluan.

Dari mana uang FPI? Dari orderan banyak sekali pihak.
Adik saya kerja di event organizer, dia mengaku pernah mau digerebek FPI lalu FPInya dikasi uang.
Niat FPI menggerebek langsung hilang. Ngga jadi.
Bisa dibayangkan, “orderan” kepada FPI sangat banyak tergantung kebutuhan
Pengalih isu? Persaingan bisnis? Persaingan Politik? Perusakan citra?
Asal ada fulus, ada akal bulus

Pertanyaannya kemudian, dikemanakan saja uang tersebut?
Disinilah bagian TERPENTING dari tulisan saya.

Uang uang yang masuk ke FPI, sebagian diberikan kepada rakyat Indonesia yg membutuhkan uang.
Saya akan ceritakan, bagaimana dan mngapa FPI bisa subur.

Kalau anda nonton film Fast 5 (Vin Diesel, Dwayne “The Rock” Johnson, dll) ada tokoh antagonis. Seorang pengusaha jahat yg menguasai Brazil.
Di salah satu adegan, tokoh jahat ini berkata “Saya tidak suka dengan cara anda berbisnis. Anda bisnis dengan kekerasan. Kalau rakyat anda serang dengan kekerasan kelak mereka akan melawan balik. Karena mereka terdesak. Saya, memilih untuk memberikan mereka uang. Saya beri mereka “kemewahan” yang tidak bisa mereka dapatkan sebelumnya. Dan bisa mereka dapatkan kini lewat saya. Uang, pendidikan, kesehatan. Saya beri kepada mereka. Kini, saya MEMILIKI mereka. Mereka ingin terus merasakan hal hal yang saya berikan. Maka mereka jadi setia kepada saya”

Inilah prinsip yg FPI lakukan
Di Indonesia, masih sangat banyak rakyat rakyat yang membutuhkan bantuan
Pemerintah lalai dalam membantu mereka, masyarakat kelas menengah dgn starbucks di tangan kanan dan iphone di tangan kiri tidak peduli kepada masyarakat sekitar

Akhirnya, kekosongan ini diisi oleh FPI
Rakyat ada yg butuh uang Rp50.000? FPI berikan kpd rakyat
Ada yg susah masuk sekolah karena tidak punya dana? FPI buatkan surat sakti agar dimudahkan
Tidak punya biaya berobat? FPI buatkan surat agar diringankan biayanya.

Semua ini, dibenarkan Mamot dan diakui oleh Pak Thamrin.
Mamot bilang, banyak orang tua senang menitipan anak anaknya ke FPI. Daripada anak anak tersebut nongkrong ga jelas di gang gang dan menggunakan obat obatan terlarang..

Ketika pengajian, para Habib sangat sangat simpatik. Bahkan Mamot bilang, Habib Rizieq sangat hebat dalam berorasi. Mengingatkan Mamot akan kehebatan Sukarno.

Apalagi menurut Pak Thamrin, gaya hidup para Kyai dan Habib yang membuka pintunya utk siapapun memberikan akses kpd masyarakat yang butuh bantuan.
Sementara para kelas menengah (termasuk saya) seringkali curiga ketika ada orang tidak dikenal ketok ketok pagar rumah kita..

Pak Thamrin juga bilang, ini salah ormas ormas seperti Muhammadiyah dan NU yang lebih dekat ke elit politis daripada ke rakyat

Bahkan satu waktu, Habib ditelfon dan diberi kabar bahwa pintu air (entah yg mana) akan dibuka dan banjir akan datang. Habib langsung keluar dan perintahkan masyarakat sekitarnya utk bersiap dan mengungsi. Ketika banjir datang, Habib langsung dipandang sebagai orang “sakti” yg dapat wejangan dari Yang Maha Kuasa.

Kekosongan yang terjadi, dimanfaatkan oleh FPI dgn sangat baik

Di satu sisi apa yang mereka lakukan adalah baik.
Di sisi lain, mereka memanfaatkan rakyat yg mereka beli untuk jadi basis massa yang kelak mereka manfaatkan untuk kepentingan kepentingan pribadi
Ketidak pedulian kelas menengah kepada sekitarnya, telah berbalik dalam wujud yang lebih membuat resah.

Membubarkan FPI, bukanlah solusi.
Solusi yang benar, adalah dengan mulai peduli kepada sesama rakyat Indonesia yg membutuhkan
Isi kekosongan yg dimanfaatkan FPI

Jangan lemahkan mereka dgn sekedar memberi uang seperti yg FPI lakukan

Perkuat mereka. Empower.
Beri pendidikan karena itulah sayap yang akan membawa mereka terbang

Susah? Ya memang!
Justru yang benar itu seringkali susah
Cara yg gampang biasanya solusi gampangan
Walaupun susah, tapi pasti bisa

Secara makro, ekonomi kita luar biasa.
Fakta bahwa kelas menengah kita melebar adalah benar. Tapi berapa banyak di antara kita yg membagi segala kelebihan kelebihan yg kita punya?
Kapan kita pernah berbagi uang? Waktu? ILMU?

Teruslah membohongi diri sendiri anda sibuk, anda tidak punya waktu, anda sendiri masih susah.
Kalau anda mau dan anda niat. PASTI ada jalan.
Dibawah anda, ada masyarakat pra-sejahtera terus merana dan sengsara dan itu salah bangsa Indonesia. Rakyatnya DAN pemerintahnya
Anda memilih utk tidak peduli? Silakan, tapi anda tidak pantas lagi ngomel ngomel tentang FPI

dicopy dari sini: www.pandji.com/fpi

Comments

Popular posts from this blog

Trade off dan Oportunity cost dalam kehidupan

Hahahahahahaa what a nice function! Sering kali kita, para lelaki, menganggap bahwa wanita itu adalah suatu masalah. yap! Ada yang bilang mereka itu banyak maunya, minta beli ini, minta jemput, minta ditelpon, diisiin pulsa, diajak malming...dan masih terlalu banyak 'tuntutan' lainnya. Wanita itu lemah, harus 24 jam dijaga nonstop! Bahkan ada tipe wanita yang overposessif, sampai2 trima sms dari temen aja harus lapor max 1x24 jam! hmm..gw jadi mikir, dan cukup flashback sama pengalaman pribadi..Ternyata emang setiap cowo mempertimbangkan semua hal untuk menggebet cewe idamannya, nggak cuma faktor intern but also extern. Disinilah muncul hukum ekonomi, "Trade Off" dan "Opportunity Cost". Nggak ada yang lo bisa borong di dunia ini(Walaupun bokap lo muntah duit) Uang bukan segalanya, karena nggak semua permasalahan di dunia ini bisa lo selesaiin dengan duit. seperti yang satu ini: MISAL: Ini surti dan ngatiyem Kita ngomongin 2 cewek diatas, Surti...

Bagaimana Bisa - Tiga Pertanyaan untuk Kita dan Semesta

Bagaimana bisa aku bisa menulis rangkuman masa lalu , bila setiap detik yang berlalu menjadi ceritanya sendiri? Tulisanku berkejaran dengan memori yang terus terbentuk, terbentuk, terbentuk, lalu terbentur dengan kecepatan jariku merekam setiap kenangan dalam tulisan. Aku hanya ingat samar samar wajah letih seorang perempuan di taman anjing itu, berjalan menyusuri lorong panjang diantara kedai kopi dan pizza, lalu mendekat memanggilku dari belakang. Hmm, sosok yang familiar, namun terasa asing setelah mungkin dua-tiga tahun mengikuti sepak terjangnya di dunia maya. Apa yang aku bisa ingat? Perawakannya yang tinggi putih dengan kacamata besar, pakaiannya cukup manis melengkapi alis ulat bulu dan bibirnya yang tebal. Sisanya, ingatanku memudar seperti lipstiknya kala itu. Mungkin yang sedikit bisa aku ingat adalah caranya bicara dan mendengarkan. Tentang bagaimana ia percaya bahwa produk Apple lebih superior dibandingkan merek gawai lain, tentang kesulitan tidurnya dan apa akar masalahny...

PLEDOI UNTUK FEAST/BASKARA: Lagu Peradaban Memang Lebih Keras!

Baskara tidak perlu minta maaf, apalagi klarifikasi. Lagu peradaban memang lebih keras dan lebih cadas dari musik metal dan rock manapun. * * * Saya seorang penikmat dan pemain musik sejak kecil. Masa SD saya diramaikan dengan lagu-lagu sheila on 7 dan dewa-19. Beranjak SMP dan SMA musik saya pun tumbuh lebih cadas, saya membentuk sebuah-dua buah band dan menyanyikan banyak genre yang dianggap keren dan menggelegar seperti metallica, avenged sevenfold, dan system of a down, baik di jamming session atau sampai ikut beberapa festival. Sampai saat ini saya masih mendengarkan lagu-lagu itu, masih hafal bahkan beberapa. Namun sebagai penikmat musik yang pengetahuannya toh biasa-biasa saja, saya memiliki opini sendiri tentang kasus feast dan baskara ini. Pada sebuah sesi interview 2 bulan lalu, baskara mewakili feast memberikan opininya tentang musik rock dan peradaban seperti ini: Nggak selamanya kemarahan itu harus disuarakan dengan distorsi gitar dan teriak-teriak. Buat kam...