Skip to main content

Jujur pada kalian, kali ini saja

Sudah hampir sebulan aku ditinggal sama pacar. Bukan, bukan putus, tapi dalam rangka kuliah kerja nyata (K2N) Universitas Indonesia di Kalimantan Barat sana. Dasar universitas elit, maunya yang jauh di perbatasan Malaysia sana. Kan apes, sudah dulu aku mendorong ikutan, kini malah 'ditelantarkan' oleh jarak dan waktu. Hahaha sudahlah, itung-itung latihan LDR kalo ambil master di benua biru sana kelak.

Tempat yang ia tinggali bernama Desa Pelapis. Dengan populasi sekitar 80-100 orang, rakyat disana menjalani kehidupannya dengan menangkap ikan. Tak banyak yang ia ceritakan soal masyarakatnya selain pandai bergosip, menonton video porno, serta harga pulsa yang naik dua kali lipat di pasaran. Walaupun di perbatasan, katanya baru saja ada tower sinyal yang dibangun. Jadi kami rutin berkomunikasi via sms dan panggilan suara.

Entah mengapa sore ini ponsel bergetar. LED merah ala blackberry mengingatkan untuk segera membuka pesan yang masuk. Kabar terakhir yang aku terima, ia telah berlayar dari pulau itu menuju bangka belitung - tempat transit menunggu kapal ke tanjung priok, Jakarta.

Voila, BBM dari si nyonya masuk. Wah, sudah ada sinyal rupanya, pikirku. Namun bukan sapaan khasnya, bukan pula reminder minta telepon, atau ultimatum makan malam. Yang masuk adalah seberkas foto gadis berbaju putih berkerudung hitam di layar sentuhku. Aku, tercekat...


Ayolah, aku bukan orang yang melankolis. Tidak juga mendayu, apalagi merengek-rengek diseret rindu. Tapi foto ini membuyarkan semuanya. Buyar, bubar, total. Aku tak tahan lagi menunggu kepulangannya esok hari. Aah senyumnya, matanya, tawa riangnya. Duhai waktu, tak bisakah kau berlari lebih cepat malam ini saja?

Karena sebagian dari kita lupa, ada cinta dalam tahta. Ada sayang dalam persemayaman. Ada rindu dalam harga diri. Ada sebenarnya kita dalam kejujuran.

Mata itu mengembalikanku pada kerinduan yang telah lama tertutup kata-kata rindu. Senyum manis itu meluluhlantakkan benteng kekar yang melindungi degup jantung. Ia runtuh, kini, ia berdegup seratus masa lebih cepat. Lebih keras. Lebih jujur dari biasanya.

Djadjang C. Noer dalam sebuah talkshow pernah berkata, "Kejujuranlah, yang membuat para sutradara berhasil membuat karya-karya berkualitas. Jujur melihat masalah, jujur mengatakan apa yang sebenarnya terjadi"

Maka aku jujur kali ini saja. Pada kalian semua, kali ini saja.

Aku
deg-degan

Aku
rindu.

Comments

Popular posts from this blog

Trade off dan Oportunity cost dalam kehidupan

Hahahahahahaa what a nice function! Sering kali kita, para lelaki, menganggap bahwa wanita itu adalah suatu masalah. yap! Ada yang bilang mereka itu banyak maunya, minta beli ini, minta jemput, minta ditelpon, diisiin pulsa, diajak malming...dan masih terlalu banyak 'tuntutan' lainnya. Wanita itu lemah, harus 24 jam dijaga nonstop! Bahkan ada tipe wanita yang overposessif, sampai2 trima sms dari temen aja harus lapor max 1x24 jam! hmm..gw jadi mikir, dan cukup flashback sama pengalaman pribadi..Ternyata emang setiap cowo mempertimbangkan semua hal untuk menggebet cewe idamannya, nggak cuma faktor intern but also extern. Disinilah muncul hukum ekonomi, "Trade Off" dan "Opportunity Cost". Nggak ada yang lo bisa borong di dunia ini(Walaupun bokap lo muntah duit) Uang bukan segalanya, karena nggak semua permasalahan di dunia ini bisa lo selesaiin dengan duit. seperti yang satu ini: MISAL: Ini surti dan ngatiyem Kita ngomongin 2 cewek diatas, Surti...

Bagaimana Bisa - Tiga Pertanyaan untuk Kita dan Semesta

Bagaimana bisa aku bisa menulis rangkuman masa lalu , bila setiap detik yang berlalu menjadi ceritanya sendiri? Tulisanku berkejaran dengan memori yang terus terbentuk, terbentuk, terbentuk, lalu terbentur dengan kecepatan jariku merekam setiap kenangan dalam tulisan. Aku hanya ingat samar samar wajah letih seorang perempuan di taman anjing itu, berjalan menyusuri lorong panjang diantara kedai kopi dan pizza, lalu mendekat memanggilku dari belakang. Hmm, sosok yang familiar, namun terasa asing setelah mungkin dua-tiga tahun mengikuti sepak terjangnya di dunia maya. Apa yang aku bisa ingat? Perawakannya yang tinggi putih dengan kacamata besar, pakaiannya cukup manis melengkapi alis ulat bulu dan bibirnya yang tebal. Sisanya, ingatanku memudar seperti lipstiknya kala itu. Mungkin yang sedikit bisa aku ingat adalah caranya bicara dan mendengarkan. Tentang bagaimana ia percaya bahwa produk Apple lebih superior dibandingkan merek gawai lain, tentang kesulitan tidurnya dan apa akar masalahny...

PLEDOI UNTUK FEAST/BASKARA: Lagu Peradaban Memang Lebih Keras!

Baskara tidak perlu minta maaf, apalagi klarifikasi. Lagu peradaban memang lebih keras dan lebih cadas dari musik metal dan rock manapun. * * * Saya seorang penikmat dan pemain musik sejak kecil. Masa SD saya diramaikan dengan lagu-lagu sheila on 7 dan dewa-19. Beranjak SMP dan SMA musik saya pun tumbuh lebih cadas, saya membentuk sebuah-dua buah band dan menyanyikan banyak genre yang dianggap keren dan menggelegar seperti metallica, avenged sevenfold, dan system of a down, baik di jamming session atau sampai ikut beberapa festival. Sampai saat ini saya masih mendengarkan lagu-lagu itu, masih hafal bahkan beberapa. Namun sebagai penikmat musik yang pengetahuannya toh biasa-biasa saja, saya memiliki opini sendiri tentang kasus feast dan baskara ini. Pada sebuah sesi interview 2 bulan lalu, baskara mewakili feast memberikan opininya tentang musik rock dan peradaban seperti ini: Nggak selamanya kemarahan itu harus disuarakan dengan distorsi gitar dan teriak-teriak. Buat kam...