Scent – atau dalam bahasa indonesia disebut
dengan aroma/bebauan, lumrah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bebauan
pada umumnya dipakai di rumah, kamar, pendingin ruangan, toilet, hingga pusat
bisnis dan pertokoan. Aroma tertentu digunakan untuk menyegarkan pernafasan,
menghilangkan bau, serta memberikan rasa nyaman pada penghuni atau pengunjung
yang hadir.
Tapi tahukah
teman-teman, bebauan ternyata merupakan senjata rahasia para marketeers yang
begitu dahsyat? Saya akan mengungkapnya berdasarkan sebuah jurnal ilmiah, hanya
untuk anda.
Mengapa Bebauan?
Beberapa tahun
belakangan, industri bebauan tumbuh pesat di kalangan pemasar. Ada dua hal
dasar yang menyebabkan bebauan menjadi atraktif bagi pemasar.
Pertama, indra
penciuman merupakan indra paling dasar, paling mengakar pada mahluk hidup, dan
berfungsi sebagai peringatan atas reaksi kimia. Indra penciuman didesain untuk
merasakan apakah ada bahaya disekitar kita, dan sebagai alat dasar untuk
bertahan hidup (Zaltman, 2003). Saat seseorang mencium suatu bebauan, reseptor
bau akan memproduksi sebuah reaksi spontan secepatnya (Vlahos, 2007; Zaltman,
2003). Berdasarkan hal tersebut, Professor Pam Scholder Ellen dari Georgia
State University mengatakan “Anda akan berpikir sebelum merespon dengan indra
yang lain, namun dalam penciuman anda akan merespon sebelum anda berpikir” (Vlahos, 2007). Itulah mengapa industri
bebauan menarik untuk dieksplorasi bagi pemasar.
Kedua, indra
penciuman dicap sebagai indra yang paling dekat dengan reaksi emosional. Wilkie
(1995) mengatakan bahwa reseptor bau terkoneksi langsung dengan otak limbic,
dimana emosi diproduksi. Sekitar 75% dari emosi dihasilkan dari indra penciuman
(Bell and Bell, 2007). Lebih jauh, indra penciuman secara langsung memengaruhi
perasaan (misalnya senang/lapar) serta tidak dapat di non-aktifkan (Vlahos,
2007; Wilkie,1995). Bebauan juga memengaruhi proses seseorang dalam belajar dan
mengekspresikan diri. Diklaim tidak ada satupun indra lain yang begitu erat
kaitannya dengan emosi dan proses belajar (Herz, 2002). Inilah yang membuat
bebauan menjadi menarik bagi marketeer karena bau memengaruhi emosi, dan emosi
memengaruhi behavior, khususnya buying and spending behavior.
Penggunaan Bebauan dalam Marketing
Bebauan digunakan
dalam marketing melalui beberapa mode, diagram buatan Bradford dan Desrochers
(2010) diatas menjelaskannya secara singkat.
1.
Marketeer Scent. Bebauan disertakan dengan
produk sebagai gimmic. Misalnya mobil yang beraroma kulit, atau casing
handphone beraroma buah. Bebauan tersebut menempel pada produk, dan menjadi
taktik penjualan tersendiri.
2.
Product Scent. Dalam mode ini, bebauan justru
merupakan produknya. Hal ini sedikit lumrah seperti pengharum ruangan, penyegar
toilet, dan sebagainya.
3.
Ambient Scent, dimana penggunaan bebauan tidak
attach di produk, tetapi berada di ruangan sekitar produk. Hal ini yang menarik
untuk dieksplorasi. Terdapat dua jenis ambient scent, yaitu:
a.
Objective Ambient Scent, dimana bebauan dipakai
untuk memengaruhi attitude dan behavior consumer, dan konsumen mengerti bahwa
bebauan tersebut digunakan untuk hal itu. Misalnya aroma kopi vanilla pada
Rotiboy, atau aroma buah pada toko souvenir.
b.
Covert Objective ambient Scent (COAS), dimana
bebauan juga dipakai untuk memengaruhi attitude dan behavior consumer, tetapi
konsumen tidak mengerti maksud dari bau tersebut, bahkan terkadang tidak
menyadari adanya bebauan. COAS merupakan tools yang menarik, namun juga
berbahaya karena bila konsumen menyadari, ia akan merasa ‘dibohongi’ dan
langsung merasakan emosi negatif terhadap penjual/perusahaan. COAS juga banyak
menimbulkan pro-kontra etis dalam komite etik periklanan di amerika, namun
belum ada aturan khusus mengenai ini.
Manfaat Bebauan dalam bisnis dan Marketing
Beberapa fakta
ilmiah mengungkapkan, bahwa bebauan memberikan manfaat yang mencengangkan dalam
penjualan dan proses marketing:
1.
Sebuah studi mengungkapkan 84% orang lebih
tertarik membeli sepatu, atau merasa sepatunya lebih bagus, pada ruangan yang
beraroma dibandingkan yang tidak.
2.
Pada penelitian yang sama, konsumen bersedia
membayar 10–15% lebih mahal saat berada pada ruangan beraroma. (Lindstrom,
2005)
3.
Di las vegas, aroma yang menyenangkan
menghasilkan 45% pendapatan kasino lebih besar pada mesin koin dibandingkan
tidak. (Hirsh, 1995).
4.
Aroma Citrus yang manis dapat meningkatkan
penjualan retail hingga dua kali lipat, dari $55 hingga $90 per konsumen.
5.
The Scent Marketing Institute merilis aroma ‘‘leather
and cedar’’ yang mampu memotivasi konsumen untuk membeli furnitur berharga
mahal.
6.
Aroma ‘‘fresh baked goods’’ memberikan asosiasi
positif pada konsumen dalam membeli rumah.
7.
Aroma ‘tailored floral and citrus’’ meningkatkan
waktu seorang konsumen dalam melihat-lihat produk dan membeli lebih banyak
Bebauan juga
digunakan untuk meningkatkan produktifitas kerja. Berikut beberapa fakta ilmiah
yang menarik untuk disimak:
1.
Orang yang bekerja pada ruangan beraroma
nyaman/menyenangkan memiliki self-effifacy yang tinggi, men-set goal lebih
tinggi, serta cenderung memproduksi strategi yang efisien daripada mereka yang
tidak beraroma (Herz, 2002).
2.
Aroma menyenangkan/nyaman membuat seseorang
lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah dibandingkan aroma yang tidak
menyenangkan/nyaman (Herz, 2002).
3.
Sebuah laporan dari perusahaan besar di Jepang
menyebutkan, aroma Lemon menurunkan error rate Operator sebesar 50%, bahkan
hampir 80% bila diberikan aroma lavender.(Toth, 1989).
4.
Barker et al. (2003) menemukan aroma peppermint
sangat berpengaruh pada kecepatan dan akurasi pekerjaan clerical (berulang),
seperti mengetik dan mengingat.
5.
Pada tes proofreading, Kliauga et al. (1996)
menemukan aroma lavender sangat efektif pada wanita, sedangkan aroma peppermint
sangat efektif pada pria.
Masih meragukan
efektifitasnya? Sebuah perusahaan penyedia bebauan bahkan menyediakan garansi
uang kembali apabila janji promosi dan target tidak sesuai dengan harapannya. (Ravn,
2007).
Memanfaatkannya
Mengetahui begitu
powerfulnya scent marketing dalam memengaruhi attitude dan behavior seseorang,
ada baiknya kita sebagai marketeers atau bahkan pekerja bidang lain
memanfaatkan hal tersebut untuk produktifitas kita masing-masing.
·
Penulis menyarankan untuk masing-masing dari
kita meriset – serta mencari tahu riset yang telah ada, aroma apakah yang cocok
untuk diri kita. Berikan aroma tersebut pada ruang kerja kita sehingga
produktifitas bisa meningkat.
·
Jangan lupakan parfum sebagai identitas kita.
Dalam bisnis maupun kehidupan sehari-hari, melihat fakta diatas tidak tertutup
kemungkinan aroma juga berpengaruh pada pergaulan sehari-hari. Pilih parfum
yang pleasant untuk dihirup lawan bicara, sehingga kita lebih dihargai dan
diberikan attitude positif, serta menimbulkan kesan mendalam di kemudian hari.
·
Sebaliknya, jangan biarkan diri kita memiliki
aroma yang tidak menyenangkan. Emosi bersifat dua arah dalam merespon
rangsangan, dan bau tidak menyenangkan akan membuat emosi buruk lawan bicara
atau klien kita.
Demikian, semoga
bermanfaat bagi pengetahuan kita semua. Penulis berharap kita dapat
memanfaatkan fakta diatas dengan optimal dan etis, pada pribadi maupun
pekerjaan masing-masing.
Sumber:
Bradford, K.D., Desrochers, D.M: 2009, ‘The Use of Scents to
Influence Consumers: The Sense of Using Scents to Make Cents’, Journal of
Business Ethics 2009.
Comments
Post a Comment
Comment adalah sebagian dari iman :D